Setelah hujan deras mengguyur Medan dan sekitarnya di akhir November, banjir melanda daerah tersebut tepat pada hari pelaksanaan Pilkada Serentak 2024. Briptu Johannes Abdi Negoro Sibarani, yang tengah bertugas patroli di Deli Serdang, menerima laporan tentang banjir di beberapa titik.
“Saat itulah, ketika pemilihan serentak berlangsung pada 27 November, kami, personel dalmas, ditugaskan untuk siaga menghadapi kemungkinan eskalasi dan patroli sekaligus memantau kondisi banjir,” ujar Johannes saat berbincang dalam sebuah program wawancara.
Laporan awal dari warga mengenai tiga titik banjir kemudian berkembang dengan berita adanya warga yang terjebak dan memerlukan evakuasi. Johannes dan timnya bergerak menuju lokasi di Tumpatan Nibung, Batang Kuis, di mana seorang lansia terjebak banjir dengan kondisi minim perlengkapan penyelamatan.
“Lokasinya sangat menantang dengan kedalaman mencapai dua hingga lima meter. Kami menerima laporan tentang seorang lansia yang terjebak, sehingga kami bergerak cepat meskipun kondisi air deras dan keruh membuat pengamatan sulit,” jelas Johannes. Pria sepuh tersebut, Ucok, terjebak saat mencoba menyelamatkan diri dari banjir yang meningkat kala berada di sawah.
Dalam upaya penyelamatan yang penuh tekad, Johannes meminta izin kepada atasannya untuk berenang menyelamatkan Kakek Ucok, kendati tindakan tersebut berisiko tinggi. Atasannya memperingati betapa berbahayanya berenang di arus deras, namun Johannes yakin dengan kemampuannya, mengingat pengalamannya berenang di sungai sejak kecil.
Dengan strategi berenang melawan arus untuk mencapai Kakek Ucok, Johannes mengabaikan kekhawatiran akan satwa liar seperti ular dan memanfaatkan pengalaman berenangnya sejak masa sekolah. Meskipun jarak ternyata lebih jauh dari yang tampak, ia berhasil mencapai lansia tersebut setelah perjuangan 300 meter menyeberangi arus deras.
Sesampainya di tempat yang lebih tinggi dan aman, Johannes merasakan dampak dari perjalanan penuh usaha tersebut, meliputi luka di telapak kaki dan kelelahan. Namun rela melawan arus demi menyelamatkan sesama menguatkan dirinya, terlebih dengan apresiasi langsung dari Kakek Ucok yang sangat bersyukur atas bantuannya.
Briptu Johannes kemudian mendapatkan perawatan untuk sesak nafas dan keram di poliklinik terdekat, mengingat tantangan fisik dari aksi heroiknya tersebut. Terlepas dari cedera dan kelelahan, keberaniannya diakui dengan penghargaan dari kepolisian, menggarisbawahi tindakan kepahlawanannya di tengah bencana.